Minggu, 11 September 2011

WTC 11 September, Syiar Akbar Abad 21

WTC 11 September, Syiar Akbar Abad 21
Oleh : Kaab As-Sidani
  
  
 
Sebuah fenomena yang cukup ganjil terjadi pada awal dekade 2000-an. Ribuan orang di benua salib (Amerika dan Eropa) berbondong-bondong masuk ke dalam agama yang dikatakan sebagai agama bangsa Arab. Fenomena ini sangat menarik. Sebab ribuan (atau mungkin jutaan) penduduk di negara mayoritas muslim malah banyak yang berpindah ke agama lain. Peristiwa apakah yang mampu menggetarkan hati manusia untuk berbondong-bondong masuk Islam ?
Sungguh sebuah kebesaran Allah telah terjadi di tahun 2001. Ternyata bukan pengajian, bukan musabaqah tilawatil qur’an, ataupun juga bukanlah adzan yang mengantarkan mereka pada hidayah. Bukanlah syiar-syiar “konvensional” tersebut yang membuat ribuan orang masuk Islam. Akan tetapi Allah mengantarkan hidayah kepada mereka dengan sebuah syi’ar raksasa yang terjadi di 11 September 2001, lewat tangan thaifah al-Manshurah. Sebuah cara yang sangat ganjil. Itulah peristiwa WTC 2001.

Menggentarkan Hati dan Menyampaikan Syiar
Sesungguhnya berpetak-petak tanah kaum muslimin saat ini berada di bawah kekuasaan orang kafir asli ataupun orang murtad sekuler. Musuh-musuh Allah tersebut saling bahu membahu menindas kaum yang lemah pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Mengeruk kekayaan alam yang tak ternilai jumlahnya. Banyak orang muslim tidak sadar akan penjajahan ini, bahkan banyak “mantan” umat Islam berbondong-bondong menyembah kapitalisme dan ber-tawally dengan para penjajah. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi umat Islam untuk membebaskan tanah-tanah yang terjajah ini.
Syaikh Al-Mujahid Abdullah Azzam menyebutkan dalam Ad-Difa’ An Aradli al-Muslimin Ahamu Furudl al-A’yan : “Para ulama salaf dan khalaf telah bersepakat dan juga para ahli fiqih dan para ahli hadits di setiap abad, bahwasanya bila sejengkal tanah umat Islam di rampas oleh kaum kuffar, maka pada saat itu jihad adalah fardhu ‘ain atas segenap kaum muslimin laki-laki maupun perempuan.  Sehingga pada waktu itu seorang anak laki-laki berangkat jihad tanpa harus minta izin kepada orang tuanya dan seorang istri berangkat jihad tanpa harus izin suaminya.”
Ibnu Taimiyah berkata:“Apabila musuh telah masuk menyerang negeri Islam maka tidak diragukan lagi bahwa wajib atas setiap orang Islam yang dekat dengan negeri yang diserang itu dan kemudian yang lebih dekat.  Karena seluruh negeri Islam pada hakikatnya adalah satu negara yang tak terpisahkan.  Maka oleh sebab itu wajib atas setiap muslim pergi berperang menuju wilayah yang diserang itu dengan tanpa izin orang tua dan tidak pula izin yang lainnya. Dan keterangan-keterangan Imam Ahmad amat terang dalam masalah ini.” (al-Fatawa al-Kubra, 4:608).
WTC 11 September 2001 merupakan upaya dari sebagian kecil dari pejuang Islam untuk memukul kepala ular dan sekaligus menggentarkan hati orang-orang kafir. Sebab menggentarkan hati orang kafir, atau dalam istilah populer disebut dengan teror, merupakan perintah yang termaktub dalam al-Qur’an. Allah memerintahkan kita untuk berlatih dan bersiap agar dapat menggentarkan, meneror, dan menakut-nakuti hati musuh-musuh Islam. Hal ini tercantum dalam ayat berikut :  "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka (orang-orang kafir) segenap kekuatan yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat, yang dengannya kalian dapat menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahui tetapi Allah mengetahui mereka." (Al Anfal : 60)
Pedang, tombak atau yang sejenisnya (yang pada hari ini dianalogikan dengan peluru, bom dan ledakan) merupakan salah satu syi’ar Islam yang mana Rasulullah pada akhir zaman ini diutus dengannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda : “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sehingga Allah SWT saja yang disembah dan tidak disekutukan dengan lain-Nya dan rezekiku terletak di bawah tombakku, dan kehinaan itu dijadikan atas orang yang menyelisihi agamaku.  Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia itu adalah termasuk golongan kaum itu”( Hadits Hasan. Diriwayatkan dari Ibnu Umar oleh Ahmad, Musnad, 2:50, 92, Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf, 4:212, 6: 471, at-Thabrani, Musnad Syamiyyin, 1:135, al-Baihaqi, Syu’abul Iman, 2:75, dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab al-Mushannaf menyebutkan riwayat dari Thawus secara mursal, 4:216, 6:470). Bahkan Syaikh dr. Sayyid Imam asy-Syarif menyebutkan bahwa orang yang membantah bahwa al-Irhab bukan bagian dari Islam, maka dia bisa terjerumus dalam kekufuran karena menyelisihi satu saja dari syariat yang telah ditetapkan.
Memang umat Islam dalam beramal tidak dituntut untuk melihat hasil. Namun serangan WTC 11 September merupakan bukti bahwa hidayah itu dapat timbul dengan berbagai macam cara. Meskipun cara penyampaian Islam yang syar’I ini tidak disetujui oleh mayoritas manusia dan mereka-mereka yang terserang penyakit wahn.

Karomah Bukan Konspirasi
Begitu banyak keanehan yang terjadi dalam peristiwa ini. Selain hasilnya kepada puluhan ribu hati manusia yang kemudian memeluk Islam, kehancuran simbol kapitalisme dunia menuju serpihan-serpihan kecil ini banyak dipertanyakan kejadiannya oleh banyak umat Islam. Lalu muncullah analisa-analisa yang beraneka ragam. Ada yang menyatakan bahwa Amerika dan Israel sendirilah yang telah menghancurkan monumen mereka. Hingga akhirnya mereka meragukan kekuatan mujahidin dan melupakan karomah operasi jihad. Bahkan tidak sedikit yang menyudutkan al-Qoidah dan syaikh Usamah bin Laden, serta menyebut mereka bagian dari konspirasi jahat Yahudi.
Ada pula segerombolan ulama (diantaranya adalah Dr. Yusuf Qordhowi) yang menjustifikasi pengakuan al-Qoidah atas aksi ini untuk menghalalkan penyerbuan Amerika ke Afghanistan “demi” menangkap dan menghabisi Taliban dan al-Qoidah. Fatwa tersebut disebarkan dalam koran dan berbunyi : "...Maka sesungguh-nya kami berpendapat untuk segera memburu para pelaku kejahatan ini dan juga orang-orang yang ikut serta dalam memberikan dukungan moral, mendanai dan memberikan bantuan, kemudian menggiring mereka ke pengadilan yang adil kemudian memberikan hukuman yang sesuai dan membuat mereka serta orang-orang semacam mereka jera, yaitu orang-orang yang menganggap remeh nyawa dan harta orang-orang tidak berdosa, juga orang-orang yang merampas keamanan mereka…”( Asy Syarqul Ausath 8/10/2001).
Dukungan perburuan para mujahidin dari gerombolan ulama ini semakin menambah keraguan bagi sebagian umat Islam untuk membela mujahidin. Hal ini juga semakin menguatkan dan menyebarkan secara luas teori-teori konspirasi yang meremehkan serta menyudutkan mujahidin al-Qoidah. Mereka-mereka yang belum pernah berjihad pun saling berkoar-koar mengeluarkan pendapatnya dan bersikap sok tahu. Padahal dalam Dr. Abdullah Azzam pernah menukilkan fatwa dari Ibnu Taimiyyah bahwa tidak boleh menerima fatwa tentang jihad dari seseorang yang qoidun (duduk-duduk saja).
Berikut fatwa tersebut : Ibnu Taimiyah berpendapat bahwasanya tidak boleh dimintai fatwa dalam masalah jihad kecuali para ulama' yang berada di bumi jihad .. tidak boleh dimintai fatwa dalam masalah jihad kecuali para ulama' yang memahami kondisi jihad dan berada dalam medan jihad. Ibnu Taimiyah berkata: "Seharusnya yang diterima pendapatnya dalam perkara-perkara jihad adalah pendapat orang yang memiliki agama yang lurus, yang memiliki pemahaman mengenai kondisi ahli dunia, bukan orang yang hanya memahami teori-teori agama."Ibnu Taimiyah mengharuskan kita untuk mengambil fatwa dalam masalah jihad dari orang yang memenuhi dua syarat:
  1. Pertama: hendaknya ia terjun dalam peperangan dan mengerti apa-apa yang dibutuhkan dalam peperangan, memahami kondisi ahli dunia.
  2. Kedua: hendaknya dia adalah termasuk ulama' yang terkenal, artinya dia adalah orang yang memiliki agama yang lurus." (an-Nihayah wal Khulashah)
Banyak yang meragukan operasi penghancuran ini. Hal ini dikarenakan banyaknya keajaiban yang terjadi. Dari perhitungan yang mustahil jika pesawat mampu menubruk dua tower raksasa bertulang baja, hingga sistem keamanan Amerika yang ternyata kecolongan menghadapi serangan-serangan ini. Namun jika kita beriman secara penuh pada Allah, Rasul-Nya dan Kitab-kitab-Nya maka akan kita dapati bahwa memang bukanlah manusia yang mencabuti nyawa ribuan korban gedung kembar tersebut. Bukan pula dua buah pesawat dan pembajaknya yang merubuhkan kolom-kolom beton tersebut.
Allah berfirman : "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-A’raaf : 17)
Karomah yang diberikan kepada mujahidin yang melakukan operasi 11 September sebenarnya tidak berhenti begitu saja di tanggal tersebut. Syaikh Omar Bakri Muhammad menyebutkan beberapa parameter keberhasilan operasi tersebut jika ditinjau dari sudut-sudut yang lain :
  1. Imej tentang Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  2. Kondisi ekonomi Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  3. Kebijakan keamanan Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
  4. Harga minyak dan nilai tukar dollar berbeda sebelum 911 dengan setelah 911
  5. Kaum muslimin sebelum 911 berbeda dengan setelah 911
  6. Para ulama yang haq sebelum 911 berbeda dengan setelah 911
Berikut ini tanda-tanda kekuasaan Allah yang diungkapkan oleh Syaikh OBM pada peristiwa 11 September :
  1. Sekelompok kecil mengalahkan sekelompok besar
  2. Semua perhitungan dan pertahanan mereka gagal karena Allah mengirim orang-orang dengan suatu cara yang tidak mereka sangka-sangka
  3. Kita tidak membunuh, tetapi Allah yang membunuh
  4. Akan ada orang yang mengorbankan dirinya hanya semata-mata karena Allah
  5. Allah memberikan kemengangan dengan cara mencampakkan ketakutan dalam hati musuh
  6. Bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mendatangkan kemudharatan kecuali apa yang Allah tetapkan

Masihkah kita ragu dengan karomah dan tanda-tanda kekuasaan yang diberikan oleh Allah ? Atau jangan-jangan keyakinan menggentarkan musuh-musuh Allah belum tertanam di hati kita ? Na’udzu billah min syarri dzalik. [sksd]
“Mereka yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah akan mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka.”
 [QS. Al-Hasyr : 2]

dikutip/sumber dari :www.muslimdaily.net

Mengenang 10 tahun serangan 11 September : Amerika kalah perang!

Hari ini, 11 September, 10 tahun yang lalu, pukul 8.46 pagi, dan pukul 9.03 pagi. Pesawat American Airlines Flight 11 menabrak  WTC menara utara dan pesawat United Airlines Flight 175 menabrak WTC menara selatan. Kedua gedung kembar WTC lambang kedigdayaan Amerika Serikat itupun meleleh hanya dalam waktu kurang dari 60 menit. Dahsyat!


Presiden AS, George W Bush langsung menyatakan bahwa serangan tersebut adalah perang salib (This is Crusade) dan membagi dunia kepada dua camp (kelompok) saja, yakni bersama Amerika atau bersama teroris! Kini, 10 tahun telah berlalu dari peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan umat manusia tersebut, dan perang salib atas nama “perang melawan terorisme” terus dilancarkan oleh Amerika Serikat. Berhasilkan Amerika dalam perang salib tersebut? atau kekalahan telak yang mereka alami?
19 Pemuda Muslim Pemberani Hancurkan Arogansi AS
Portland Airport, Selasa, 9/11/01, 5.45.am. Dua orang laki-laki muda nampak santai memasuki bandara. Keduanya sebagaimana orang yang hendak berpergian, melewati keamanan bandara untuk memastikan mereka tidak ketinggalan penerbangan paling pagi. Pria yang satu memakai kemeja kuning dengan celana panjang coklat terang dan satunya lagi dengan kemeja berwarna biru dipadu celana panjang hitam. Tidak seorang pun menyangka, 3 jam berikutnya, tepat pukul 8.45 am, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al Umary, kedua pemuda yang terekam kamera keamanan di bandara ME, Portland tersebut meluluhlantahkan gedung kembar WTC di New York, Manhattan, Amerika. Subhanallah!
Muhammad Atta, dan Abdul Aziz Al-Umari adalah dua orang dari 19 pejuang revolusioner abad ini, dimana mereka berhasil menyerang Amerika di pusat bisnis mereka, WTC, dan pusat militer mereka, Pentagon, 11 September 2001. Menurut keterangan pihak berwenang Amerika, mereka berdua, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al-Umari, bermaksud melakukan perjalanan dengan pesawat udara Amerika dari Boston menuju Los Angeles, dimana mereka dan tiga orang lainnya kemudian berhasil menguasai Pesawat Amerika American Airlines  dengan nomor penerbangan 11 dan kemudian menabrakkannya ke Menara Utara WTC di New York, jantung kota Amerika. Allahu Akbar.
Mereka adalah 19 orang pemuda Muslim pemberani, datang dari tempat berbeda, satu visi satu misi, membuktikan kepada dunia bahwa umat ini masih ada. Ke 19 pemuda pemberani tersebut melakukan sebuah tindakan yang tidak pernah dibayangkan siapa pun sebelumnya, untuk akhirnya tidak pernah terlupakan sepanjang sejarah umat manusia. Di jantung kota Amerika, Gedung WTC di New York dan di jantung pertahanan militer Amerika, Pentagon di Washington, dengan menggunakan pesawat-pesawat kebanggan mereka, teknologi mereka, ke 19 pemuda yang lebih mencintai akhirat ini, melakukan aksi isytisyhadah, menjemput kematian, menggapai kemuliaan. Benar perkataan seorang sahabat, ‘Sepanjang aku mati sebagai seorang muslim aku tidak khawatir seperti apa aku akan terbunuh’.
Betulkan WTC diledakkan oleh kaum muslimin ? Sayangnya, hingga saat ini, 10 tahun setelah peristiwa bersejarah serangan 11 September, kaum Muslimin masih tidak satu pandangan terhadap peristiwa tersebut. Sebagian besar menolak dan tidak percaya bahwa peristiwa mulia tersebut dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim pemberani, The 19 Magnificent. Mereka menganggap kejadian tersebut adalah hasil rekayasa dan konspirasi musuh Islam yakni Israel dan juga Amerika sendiri untuk menstigma buruk Islam dan kaum muslimin dan untuk memberikan justifikasi penyerangan mereka ke dunia Islam.
Serangan 11 September : Ujian keimanan bagi setiap Muslim
Pertanyaan yang selalu timbul setiap mengenang peristiwa serangan 11 September 2001 adalah, apakah benar pelaku serangan tersebut adalah kaum Muslimin? Lalu apa motivasi mereka menyerang Amerika? Tidak sedikit, hingga saat ini kaum Muslimin yang tidak percaya dan tidak bisa menerima bahwa serangan 11 September yang penuh barokah itu adalah 19 pemuda Muslim pemberani!
Serangan 11 September 10 tahun lalu adalah sebuah ujian keimanan bagi setiap muslim, ujian tauhid, ujian al wala wal bara (loyalitas, keberpihakan, dan ketidak loyalan), yakni apakah diberikan kepada kaum Muslimin ataukah diberikan kepada musuh-musuh Islam, yahudi dan Nasrani.
Logika iman, tauhid, dan al wala wal bara ini sebenarnya sangatlah sederhana, simpel, dan mudah. Setiap Muslim yang memiliki iman yang lurus, tauhid yang shahih, dan al wala wal bara yang benar pasti akan mendukung Muslim lainnya dan bermusuhan dengan musuh-musuhnya, yakni yahudi dan nasrani. Logika sederhana ini tercermin dalam tamsil (pengibaratan) sikap seorang penggembala kerbau dibandingkan dengan seorang berpendidikan tinggi ketika merespon peristiwa serangan 11 September 10 tahun lalu.
Ada seorang penggembala kerbau yang tidak berpengetahuan dan tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali, dia hanya hafal beberapa bacaan dalam shalat itupun tidak lengkap sebab kecerdasannya rendah sekali. Namun, ketika dia mendengar bahwa gedung kembar WTC di Amerika runtuh, maka dia tidak hanya tersenyum mendengar WTC luluh lantak, Pentagon porak-poranda, bahkan dia langsung jingkrak-jingkrak sambil membunyikan pecutnya sebagai tanda rasa syukur kepada Allah, sebab dia belum sempat belajar tata cara bersyukur sesuai dengan syari’at. Bisa jadi si penggembala ini langsung di cap sebagai gembong terorisme yang harus segera dienyahkan. Padahal si penggembala tersebut hanya menuruti fitrah kemanusiaannya yang hanif dan telah diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk bisa membedakan antara yang haq dengan yang batil dan dimudahkan untuk mengikutinya minimal menyetujuinya dan mendoa’akannya.
Kondisi ini berbeda jauh dengan orang-orang yang fitrah dan fikirannya telah tercemar dan teracuni, meskipun mereka berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan agama segudang. Dengan segala argumen mereka akan berkelit dan menolak fitrah kemanusiaan dan sunatullah pertarungan antara al haq dan al batil dan mencoba menolak kebenaran dengan menyodorkan teori konspirasi. Mereka akan mengatakan : “Itu dilakukan bukan oleh orang Islam, melainkan oleh sebuah kekuatan konspirasi tersembunyi, yakni tangan-tangan zionis yahudi.” Sungguh naif. Padahal si penggembala kerbau yang buta huruf itu disamping bersyukur kepada Allah SWT dia tidak lupa juga senantiasa berdoa untuk para mujahidin dengan bahasanya sendiri yang maksudnya “Ya, Allah. Tolonglah para mujahidin.”
Inilah ujian keimanan setiap Muslim atas peristiwa serangan 11 September 2011. Kini, setelah 10 tahun, ujian keimanan tersebut masih terus berlangsung memisahkan antara orang-orang yang yakin dengan orang-orang yang ragu.
Setelah 10 tahun serangan 11 September : AS ternyata kalah perang!
Pada 11 September 2011, 19 pemuda pemberani dari kaum Muslimin berhasil meluluh lantakkan AS dalam waktu kurang dari 60 menit, dengan melelehnya simbol arogansi ekonomi Amerika, gedung kembar WTC. Sejak saat itu, dunia pun berubah drastic.
Pasca serangan tersebut, presiden AS, George W Bush mengumumkan perang salib, dengan mengatakan This is Crusade, dan membagi dunia hanya menjadi dua camp (kelompok) saja, yakni bersama Amerika, atau bersama dengan teroris (Mujahidin dan kaum Muslimin). Bush langsung sewot, dan mengultimatum dunia dengan ucapannta :
 “ Every nation in every region now has a decision to make. Either you are with us or you are with the terrorists. From this day forward, any nation that continues to harbor or support terrorism will be regarded by the United States as a hostile regime.”
Bush jelas-jelas mengatakan bahwa “Ini adalah perang salib”. Dia juga mengatakan, “Sesungguhnya perang akan berlangsung lama dalam bertahun-tahun dan telah mentargetkan 60 negara? Bukankah negara-negara di dunia Islam kira-kira ada 60 negara? Bukankah Negara-negara di dunia Islam saat ini ada sekitar 60 negara?
Dalam konferensi pers, tanggal 28-6-1422 H, bertepatan dengan 16-9-2001 M, dan sebagian politisi Amerika telah mengkritisi ungkapan ini, dengan menyatakan, “Presiden telah keliru dengan menggunakan istilah tersebut, kekeliruan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain bahwa pasukan salib –pada hakekatnya– telah hancur dalam peperangan tersebut di tangan Shalahuddin, dan tidak tepat untuk mengungkit kembali kehancuran itu saat ini, ketika kita sedang membutuhkan bantuan… (Program Nite Line, Chanel ABC, Amerika)
Sedangkan dalam koran Emirat, al-Bayan, disebutkan, Pimpinan Amerika telah menyatakan –pada waktu yang bersamaan– bahwa teroris ada di 60 negara. Dan bahwa organisasi Al-Qaeda telah melebarkan sayapnya di 60 negara. Dan Amerika hendak memerangi teroris di semua negara tersebut, dengan kata lain Amerika hendak mengadakan penyerangan terhadap negara-negara anggota OKI ditambah lagi dengan beberapa negara Asia lainnya dengan dalih memerangi teroris –seperti Filipina– hanya saja para politisi Amerika memusatkan perhatian di Timur Tengah. Wilayah itu adalah tempat berasalnya Syekh Usamah bin Laden dan sejumlah pendukungnya serta tokoh-tokoh yang ada di sekitarnya, seperti Dr. Ayman Az-Zawahiri, Muhammad ‘Athif –Abu Hafsh– dan lain-lain.
Maka, pasca serangan 11 September 2001, AS melancarkan perang salib dengan nama lain, yakni “Perang Melawan Terorisme”. Sejak saat itu, Amerika menyerang , menyiksa, dan membunuhi, serta menahan ribuan kaum Muslimin dari seluruh dunia, di penjara-penjara seperti Guantanamo, Abu Ghraib, Bagram, dan lainnya.
Namun fakta berbicara lain. Setelah 10 tahun serangan 11 September, AS tidak juga berhasil memenangkan perang, bahkan mengalami kekalahan total. Saat ini, Amerika terbelit hutang besar akibat membiayai perang yang tidak pernah dimenangkannya tersebut. AS berhutang sekitar lebih dari $ 14000000000000 dan saat ini militer AS terjebak dalam perang yang melelahkan dan tidak akan dimenangkannya. Bahkan, di seluruh lini AS menghadapi kekalahan dan semakin dekat dengan kekalahan total.
Alih-alih mengurangi resiko terjadinya kembali peristiwa 9/11, saat ini AS dan rakyatnya selalu dihantui kembalinya terjadi serangan ala 9/11 bahkan lebih dahsyat lagi. Menjelang peringatan 10 tahun serangan barokah 11 September, AS semakin ketakutan dengan adanya laporan ancaman terror baru ke negeri itu. Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta bahkan sampai mengancam tidak akan membiarkan tindakan ancaman tersebut, mengingat kemungkinan terjadinya 9/11 malah lebih besar.
Selain kemungkinan terjadinya kembali peristiwa 9/11, yang malah lebih besar dari yang pernah ada, indikasi lainnya kekalahan AS adalah sulitnya mereka menjada keamanan di dua wilayah perang mereka yakni Irak dan Afghanistan. Bahkan, trend di dunia Muslim saat ini adalah berlomba-lomba untuk dapat menerapkan syariat Islam di wilayah mereka masing-masing, dan terlibat dalam jihad, dan berupaya untuk mengakhiri hegemoni camp kafir kapitalisme. Dengan begitu, pada peringatan 10 tahun peristiwa 9/11 kali ini bisa diklaim bahwa kemenangan berada di camp mujahidin atas musuh-musuh mereka di camp kafir yang dipimpin oleh Amerika Serikat. 
Amerika telah gagal total dan mengalami kekalahan dalam 10 tahun terakhir ini. Upaya untuk memenangkan hati dan pikiran umat Islam telah gagal. Bahkan, orang-orang non-Muslim telah menyaksikan sendiri penyiksaan, pembunuhan dan penindasan oleh mereka yang seharusnya menjadi benteng kebebasan, dan demokrasi.
Kebohongan Bush, Rumsfeld, Cheney dan Blair atas tuduhan adanya senjata pemusnah massal di Irak, telah menjatuhkan diri mereka sendiri dan negara mereka di mata penduduk sipil yang tidak bersalah. Tidak adanya penyiksaan, penahanan seseorang sebelum terbukti bersalah, peradilan yang adil, selama 10 tahun ini telah diganti dengan basa-basi, seperti kepentingan keamanan nasional. Padahal AS awalnya berkeinginan dan berjanji untuk melindungi warga sipil tak berdosa di Irak dari kebrutalan Saddam Hussein. Hari ini, AS dan sekutu-sekutunya dengan senang hati mengambil peran penindas terdahulu dan kini terwujud di penjara Guantanamo, Bagram, Abu Ghroib, dimana ketidakadilan dan kedzoliman dilakukan dengan lebih cermat dan terbuka.
Di masa Obama, AS berupaya menyelamatkan muka dengan menarik paksa semua pasukan yang dipimpin AS dari tanah kaum Muslimin, disertai kesepakatan besar untuk kematian Syekh Usamah bin Ladin rahimahullah. Namun, hal ini malah menjadi bumerang dan memicu pertempuran yang lebih dahsyat untuk menyerang camp tentara salib, sebagai janji 100 operasi serangan sebagai pembalasan atas kematian Syekh Usamah, dan janji akan kelahiran 100 Syekh Usamah yang sudah mengantri untuk mengambil alih perang melawan musuh nomer satu kaum Muslimin, yakni Amerika.
Hal ini masih ditambah dengan bencana kelaparan, dimana perang secara sistematis telah menghancurkan perekonomian AS. Kelompok anti perang di AS telah menciptakan opini publik tentang perang, tingkat bunuh diri para tentara AS yang sebelumnya tidak pernah terjadi, kebencian global dunia kepada AS dan Inggris yang disebabkan oleh perang, dan penyebaran ideologi Al Qaeda di kalangan pemuda Muslim yang begitu cepat bagaikan tsunami. Seluruh hal tersebut melengkapi kesimpulan bahwa AS memang telah kalah dalam perang ini secara lengkap dan memalukan.
Ironisnya, sepuluh tahun terakhir inilah yang mengakibatkan terjadinya radikalisme pemuda, pelaksanaan operasi-operasi syahid terhadap AS dan sekutunya, dan mendorong kaum Muslimin untuk lebih menggali pemahaman yang mendasar dan tanpa kompromi. Sejarah akan mencatat bahwa awal dari akhir kekuasaan Amerika dan benih untuk pembentukan kembali Negara Islam di kalangan umat Islam dimulai pada tanggal 11 September 2001. Untuk itu, kita bisa katakan kepada Amerika bahwa anda telah kalah perang, dan kemenangan Islam sudah diambang pintu. Allahu Akbar!
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Ahad, 13 Syawwal 1432 H/11 September 2011 M
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2011 Ar Rahmah Media Network

Rabu, 06 Juli 2011

Menembus Batas...OPEN HOUSE 2011 : AL - FURQON.IV

Alhamdulillah, masih dipertemukan melalui media online seperti blog ini. media yang kadang menjadi sarana berbagi manakala beban terasa agak berat dan sudah terasa harus dibagi..maka persaksikanlah bahwa kami hari ini mencoba menembus batas dengan segala beban di pundak yang telah dibagi sehingga perjalanan kami akan terasa lebih ringan dan mampu menapak dengan kekuatan yang terbaik.
Oke, kami mulai saja.....
Tepatnya hari selasa di tanggal 17 mei 2011, Al-Furqon,IV kembali menggelar even Open House untuk yang ketiga kalinya ( namun kadang terasa baru kemarin-admin) sebagai salah satu sarana sosialisasi keberadaan kami ditengah-tengah masyarakat sekaligus sarana promosi kepada calon santri yang hendak bergabung ke Al-Furqon.IV.
Tema tahun ini adalah " Ketika Sains Begitu Menyenangkan"..wuih tema yang kadang bagi telinga awam masih terasa jauh dan bisa jadi tidak dikenal.Tiap tahun penyelenggaraan Open House kami coba menampilkan tema yang berbeda dan beragam sehingga terhindarlah diri kami dari perasaan jenuh dan bosan..always fresh idea lah....
Tahun ini kami bekerjasama dengan Rumah Sains Ilma dari Pamulang-Tangerang yang bersedia bekerjasama dengan  kami, sekolah kecil di kampung kecil...tapi ide kami InsyaAllah mengglobal. Mereka jauh-jauh dari Tangerang mengajak audien terutama anak-anak usia TK dan SD untuk bermain sains secara menyenangkan dan memang pada akhirnya anak-anak merasa senang dan terhibur...Alhamdulilah tercapai juga tujuan kami yang paling mendasar, Menghibur anak dengan kegiatan yang menyenangkan sekaligus edukatif.
Di Open House tahun ini juga kami mengundang beberapa Sekolah Dasar untuk mengikuti kompetisi Peragaan Sains Sederhana, diantaranya SDN Grogol II, SDIT Al-Hujjaj dan SD Madani dengan total tim sebanyak 4 tim serta memperebutkan tropi panitia pelaksana. Melihat antusiasme dan semangat peserta kompetisi ini rasa-rasanya lelah kami manakala mempersiapkan even ini terhapus sudah....plus melihat betapa senangnya anak-anak dengan  pertunjukan sains dari Rumah Sains Ilma... wuih hilang rasanya capek dan lelah berminggu-minggu...
Ada yang spesial pada open house tahun ini, diantaranya penampilan tim Nasyid TPA yang tampil dengan konsep full band pengiring ( plus bassis, gitaris dan drummer ciliknya ) dan tampilnya lagi Drama santri Al-Furqon yang agak lama tidak dipentaskan...jadi spesial banget!
Dan pada akhirnya acara berlanjut sampai dengan sore hari dengan agenda kegiatan Santri Assembly atau Ikhtifalan dan kegiatan intern Al-Furqon.IV...rasa-rasanya baru kemarin kami menyusun draft kegiatan ini dan Allah SWT mempermudah kami dengan jalan-Nya sehingga waktu pun berlalu dan pada akhirnya juga  SEE YOU NEXT YEAR......

Kamis, 17 Februari 2011

ISTIQAMAHLAH...!

Dari Abu Sulaiman kepada ikhwan Muwahhidin dimana saja berada semoga diberikan kesabaran dan istiqamah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Segala puji hanyalah milik Allah Rabbul ‘Alamin, Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Rasulullah, keluarganya dan para sahabatnya semua. Wa ba’du:

عن أبي عمرو وقيل أبي عمرة سفيان بن عبدالله الثقفي رضي الله عنه قال : قلت: يا رسول الله , قل لي في الإسلام قولاً لا أسأل عنه أحداً غيرك, قال ” قل آمنت بالله ثم استقم ” رواه مسلم

Abu ‘Amr atau Ibnu ‘Amrah Sufyan Ibnu Abdillah Ats Tsaqafiy Radliallahu ‘anhu berkata: Saya berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepada saya di dalam Islam ini suatu ucapan yang tidak saya tanyakan kepada siapapun tentangnya selain engkau! Beliau berkata: “Katakanlah: “Saya beriman kepada Allah,” kemudian istiqamahlah!” [HR Muslim]
Iman (Tauhid) dan istiqamah diatasnya sampai mati adalah satu-satunya jalan untuk meraih ridla Allah dan surga-Nya.
Dia ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka beristiqamah, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” [Fushshilat: 30]
Dan berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka beristiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” [Al Ahqaf: 13-14]
Oleh sebab itu mari kita bersabar di jalan ini, bersabar terhadap banyaknya ujian, bersabar terhadap sedikitnya teman, bersabar terhadap asingnya lingkungan, bersabar terhadap panjangnya perjalanan dan bersabar terhadap lambatnya pertolongan.
Ketika kaum muwahhidin mengalami penindasan dan penyiksaan di awal Islam di Mekkah saat mereka lemah dan yang berkuasa adalah para thaghut.

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ فَقُلْنَا أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو لَنَا فَقَالَ قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهَا فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ فَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيَتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرُ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Khabbab Ibnul Aratt Radliallahu ‘anhu berkata: Kami mengadu kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sedang beliau berbantal dengan kainnya di naungan Ka’bah, kami berkata kepadanya: Apa engkau tidak meminta pertolongan buat kami? Apa engkau tidak berdoa kepada Allah buat kami? Maka beliau berkata: “Adalah seorang dari umat sebelum kalian dibuatkan lobang baginya di tanah kemudian dia dimasukkan ke dalamnya, terus didatangkan gergaji kemudian diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalangi dia dari agamanya. Dan dia dicabik-cabik daging dan tulangnya dengan alat pencabik besi namun hal itu tidak menghalangi dia dari agamanya. Demi Allah sungguh Dia akan menyempurnakan urusan (agama) ini sampai pengendara berjalan dari Shan’a ke Hadralmaut tidak takut kecuali kepada Allah atau srigala terhadap kambing-kambingnya, akan tetapi kalian ini tergesa-gesa.” [HR Al Bukhari no 3612]
Ya, banyak diantara kita yang tergesa-gesa ingin cepat meraih kejayaan dan kemenangan tanpa melalui proses ujian, ketertindasan dan perjuangan yang berkelanjutan yang merupakan sunnatullah bagi kemenangan pembawa ajaran-Nya. Maka mari kita selalu mengingat pesan Allah ta’ala kepada Rasul-Nya dan para pengikutnya:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka istiqamahlah engkau (Muhammad) sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. [Huud: 112]
Jangan tinggalkan Manhaj Tauhid dan Jihad kepada manhaj Parlemen atau manhaj Salafi Palsu penjilat kepada Thaghut atau manhaj yang melarikan diri dari pengkafiran para thaghut dan anshar mereka karena ingin lari dari konsekuensi-konsekuensi takfir mereka atau manhaj ahlul ghuluw yang semangatnya hanya mengkafirkan orang walaupun sembarangan dan serabutan seperti mereka yang mengkafirkan semua orang yang ikut memberikan suara di dalam Pemilu tanpa rincian…
Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridloiNya….
Sumber : www.millahibrahim.wordpress.com

Selasa, 15 Februari 2011

1432 Hijriyah - Menyemai Semangat Baru Di Al - Furqon

Santri TKA-Plus Al-Furqon Dengan Semangat Baru
Semangat Baru, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan betapa senangnya santri-santri Al-Furqon di gambar atas ketika diambil gambar oleh ustadzahnya.ya, betapa menyenangkan manakala kita bisa menyambut sesuatu yang baru dengan gairah dan semangat yang baru, yang lebih dari kemarin bahkan lebih dari hari ini. Apa kiranya yang bisa memantik semangat baru ?, padahal waktu berjalan seperti biasanya tanpa ada penundaan dan perubahan. Yang  membedakan adalah niat dan ikhtiar yang lebih kuat dalam mengarungi waktu, seakan-akan esok adalah hari terakhir dalam beramal dan kemarin tiadalah kita yakin amal kita lebih baik sehingga kita lebih berpacu tanpa kenal lelah mengejar sesuatu yang kiranya tak nampak bahkan bisa terasa jauh manakala digapai secara duniawi tanpa menyertakan pandangan ukhrowi. YA,itulah KERIDHOAN ILLAHI. Secuil amal manakala mampu mendekati ridha Illahi maka akan terasa besar balasannya, sebaliknya setumpuk amal layaknya bukit namun menjauh dari ridha Illahi maka terasa kecil balasannya bahkan bisa jadi tanpa balasan nantinya,wallahu'alam. Balasan yang tak tergambarkan secara fisik di dunia namun terasa secara batin berupa ketenangan dan keihlasan beramal, dan bersiaplah menantinya di hari ketika seluruh amal akan di perhitungkan di alam akhirat nanti.

Santri TPA-B dan TPA-Lanjutan beraksi !
Kembali ke Al - Furqon. Santri-santri kami baik di tingkat TKA-Plus ataupun TPA ( A,B dan Lanjutan ) awal februari ini telah memasuki semester II dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Yang tentunya dengan harapan dengan semangat Tahun Baru Islam 1432 Hijariah mampu memompa semangat mereka dalam belajar terutama bagi santri TKA-Plus paket B dan TPA paket B yang di tahun ini akan mengikuti munaqosyah/ujian untuk menentukan kelulusan di kelas masing-masing dan mengikuti wisuda tingkat kota Cilegon. Salah satu ikhtiar dari ustadzah adalah dengan mengadakan kegiatan semester sevariatif mungkin untuk memompa semangat dan menghindarkan dari kejenuhan dalam belajar, contohnya di tanggal 09 dan 11 februari 2011 ini diadakan kegiatan Renang di Metro Sport Center. Kegiatan Renang sepertinya menjadi kegiatan semester paling ditunggu oleh santri-santri al-furqon karena mereka merasa bebas bermain dan meluapkan kegembiraan di tengah-tengah kolam air yang sejuk. Tentu, ustadzahnya pun merasa demikian karena mereka bisa sedikit melepaskan dan meluaskan pandangan dengan ikut serta bermain air bersama santrinya,Subhanallah asyiknya !.

Nah, yang ini tim renang TPA Al-Furqon siap beraksi !
 Nantikan Al-Furqon dengan kegiatan-kegiatan semester berikutnya yang lebih menyenangkan dan memompa semangat, misalnya Outbond, Open House dan lainnya. Kapan ya ?...nantikan saja aksi dan liputannya di blog Nuansa Madani - Ikhtiar Untuk Peradaban-.Walhamdulillah.

Jumat, 04 Februari 2011

Salim bin Abdullah bin Umar bin Khathab (Seorang Alim yang Mengamalkan Ilmunya)

Ditulis oleh Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya   
Rabu, 02 Februari 2011 16:38


Anak Umar bin Khathab banyak, akan tetapi  yang paling mirip dengannya adalah Abdullah. Abdullah bin Umar juga mmeiliki banyak anak, bahkan lebih banyak daripada anak ayahnya, dan yang paling mirip dengan Abdullah adalah Salim.

Mari kita lanjutkan kisah kehidupan Salim bin Abdullah, cucu Al-Faruq, Umar bin Khathab, yang serupa dengan kakeknya dalam perwujudan fisik, akhlak, agama dan kewibawaannya.

Salim bertempat tinggal di kota Thaibah Madinah Al-Munawarah. Ketika itu kota tersebut dalam kondisi makmur dan kaya raya. Rizki dan kenikmatan melimpah ruah dan belum pernah disaksikan yang seperti itu sebelumnya. Rezeki datang dari segala penjuru, para khalifah Bani Umayah membanjirinya dengan kekayaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Namun hal itu tidaklah membuat Salim terpikat dengan harta seperti yang lain, dan tidak pula menggandrungi keindahan-keindahan yang sementara dan fana. Sebaliknya dia senantiasa berzuhud atas apa yang ada di tangan manusia demi mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. Beliau berpaling dari hal-hal yang fana untuk menggapai kenikmatan yang abadi.

Tak terhitung seringnya khalifah Bani Umayah ingin memberikan hadiah berbagai kenikmatan bagi beliau dan bagi yang lainnya, namun beliau tetap berpegang pada kezuhudannya, tidak tamak terhadap apa yang ada di tangan orang lain dan memandang rendah dunia beserta isinya.

Tahun itu, khalifah Sulaiman berkunjung ke Makkah untuk berhaji. Pada saat melakukan thawaf, beliau melihat Salim bin Abdullah bersimpuh di hadapan Ka’bah denga khusyu’. Sementara air matanya meleleh di kedua pipinya. Seakan ada lautan air mata di balik kedua matanya.

Usai thawaf dan shalat dua raka’at, khalifah berusaha menghampiri Salim. Orang-orang memberinya tempat, sehingga dia bisa duduk bersimpuh hingga menyentuh kaki Salim. Namun Salim tidak menghiraukannya karena asyik dengan bacaan dan dzikirnya.

Diam-diam khalifah memperhatikan Salim sambil menunggu beliau berhenti sejenak dari bacaan dan tangisnya. Ketika ada peluang, khalifah segera menyapa,

Khalifah, “Assalamu’alaika warahmatullah wahai Abu Umar.”

Salim, “Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh.”

Khalifah, “Katakanlah apa yang menjadi kebutuhan Anda wahai Abu Umar, saya aka memenuhinya.”

Salim tidak mengatakan apa-apa sehingga khalifah menyangka dia tidak mendengar kata-katanya. Sambil merapat, khalifah mengulangi permintaannya, “Saya ingin Anda mengatakan kebutuhan Anda agar saya bisa memenuhinya.”

Salim, “Demi Allah, aku malu mengatakannya. Bagaimana mungkin, aku sedang berada di rumah-Nya, tetapi meminta kepada selain Dia?”

Khalifah terdiam malu, tapi dia tak beranjak dari tempat duduknya. Ketika shalat usai, Salim bangkit hendak pulang. Orang-orang memburunya untuk bertanya tentang hadits, dan ada yang meminta fatwa tentang urusan agama, dan adapula yang meminta untuk dido’akan. Khalifah Sulaiman termasuk di antara kerumunan itu. Begitu mengetahui hal tersebut, orang-0rang menepi untuk memberinya jalan. Khalifah akhirnaya bisa mendekati Salim, lalu berkata,

Khalifah, “Sekarang kita sudah berada di luar masjid, maka katakanlah kebutuhan Anda agar saya dapat membantu Anda.”

Salim, “Dari kebutuhan dunia atau akhirat?”

Khalifah, “Tentunya dari kebutuhan dunia.”

Salim, “Saya tidak meminta kebutuhan dunia kepada Yang Memilikinya, bagaimanapun saya meminta kepada yang buka pemiliknya?”

Khalifah malu mendengar kata-kata Salim. Dia berlalu sambil bergumam, “Alangkah mulianya kalian dengan zuhud dan takwa wahai keturnan Al-Khathab, alangkah kayanya kalian dengan Allah. Semoga Allah memberkahi kalian sekeluarga.”

Tahun sebelumnya, Al-Walid bin Abdul Malik juga menunaikan ibadah haji. Ketika orang-orang telah turun dari Arafah, khalifah menjumpai Salim bin Abdillah di Muzdalifah. Ketika itu Ibnu Abdillah mengenakan pakaian ihram.

Al-Walid mengucapkan salam dan do’a, khalifah memandangi tubuh Salim yang terbuka, tampak begitu sehat dan kekar bagaikan sebuah bangunan yang kokoh.

Al-Walid, “Bentuk tubuh Anda bagus sekali, wahai Abu Umar, apakah makanan Anda sehari-sehari?”

Salim, “Roti dan Zaitun dan terkadang daging jika saya mendapatkannya.”

Al-Walid, “Hanya roti dan zaitun?”

Salim, “Benar.”

Al-Walid, “Apakah kamu berselera memakan itu?”

Salim, “Jika kebetulan aku tidak berselera maka aku tinggalkan hingga lapar hingga saya berselera terhadapnya.”

Salim tak hanya mirip dengan kakeknya, Al-Faruq Umar bin Khathab, dalam bentuk fisik dan kezuhudan terhadap dunia yang fana, namun juga dalam keberaniannya menyampaikan kalimat yang benar meski berat resikonya.

Beliau pernah menemu Hajjaj bin Yusuf untuk membicarakan tentang kebutuhan kaum muslimin. Hajjaj menyambutnya dengan baik, dipersilakan duduk di sisinya dan dihormati secara berlebihan. Beberapa saat kemudian beberapa orang dibawa ke hadapan Hajjaj, pakaiannya compang-camping, wajahnya pucat dan semua dalam keadaan dibelenggu. Hajjaj menoleh kepada Salim bin Abdullah dan menjelaskan, “Mereka adalah pembuat onar di muka bumi, menghalalkan darah yang telah Allah haramkan.”

Dia mengambil pedang dan menyerahkannya kepada Salim sekaligus memberi isyarat kepada orang pertama, dia berkata kepada Salim, “Bangkitlah dan tebaslah lehernya!”

Pedang itu diterima oleh Salim, beliau menghampiri orang yang dimaksud. Seluruh mata menghadap kepadanya untuk melihat apa yang hendak beliau lakukan. Salim berdiri di depan orang tersebut lalu bertanya,

Salim, “Apakah Anda muslim?”

Tahanan, “Benar saya muslim. Tapi apa perlunya Anda bertanya demikian? Lakukan saja apa yang diperintahkan kepada Anda!”

Salim, “Apakah Anda shalat shubuh?”

Tahanan, “Sudah saya katakan bahwa saya muslim. Mengapa Anda bertanya apakah saya shalat shubuh? Adkah orang muslim yang tidak melaksanakan shalat shubuh?”

Salim, “Saya bertanya, apakah Anda shalat shubuh hari ini?”

Tahanan, “Semoga Allah memberikan hidayah kepada Anda. Saya katakan “Ya.” Silakah Anda melaksanaka perintah orang zhalim itu, jika tidak tentulah dia akan marah kepada Anda.”

Salim bin Abdullah kembali ke hadapan Hajjaj. Sambil melemparkan pedang yang digenggamnya dia berkata, “Orang ini mengaku sebagai seorang muslim dan berkata bahwa hari ini sudah shalat shubuh. Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa shalat shubuh, dia berada dalam naungan Allah,’ maka saya tidak akan membunuh seseorang yang berada dalam perlindungan Allah.”

Hajjaj marah mendengarnya dan berkata, “Kami akan membunuhnya bukan karena meninggalkan shalat, melainkan karena ia membantu pembunuhan atas khalifah Utsman bin Affan.” Salim berkata, “Padahal ada orang yang lebih berhak untuk menuntut darah Utsman bin Affan daripada engkau.” Hajjaj pun diam tak mampu bicara.

Di antara yang menyaksikan kejadian itu pergi di Madinah dan menceritakan semua yang dilihatnya tentang Salim kepada ayahnya, Abdullah bin Umar. Ibnu Umar tak sabar ingin segera mendengar cerita orang tersebut sehingga bertanya mendesak. “Lalu apa yang dilakukan oleh Salim” orang ini menjelaskan, “Dia melakukan ini dan itu.”

Alangkah gembiranya Abdullah bin Umar. Beliau berkata, “Bagus! Bagus! Cerdas…cerdas..!”

Ketika khalifah beralih ke tangan Umar bin Abdul Aziz, khalifah baru itu segera mengirim surat kepada Salim bin Abdullah:

“Amma ba’du, Saya telah menerima ujian dari Allah untuk mengurusi permasalahan umat tanpa diminta atau dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan saya. Maka dengan ini saya memohon pertolongan Allah yang telah mengujiku agar berkenan menolongku. Jika surat ini sampai ke tangan Anda, saya minta agar Anda mengirimkan kepadaku buku-buku tentang Umar bin Khathab, perilaku dan keputusan-keputusannya sebagai khalifah. Saya ingin sekali mengikuti jejak beliau dan berjalan mengikuti jalan beliau, semoga Allah memelihara saya untuk ini. Wassalam.”

Setelah membaca surat tersebut, Salim bin Abdullah mengirim surat balasan:

“Telah samapi kepadaku surat Anda yang menyatakan bahwa Allah telah menguji Anda dengan kewajiban mengurus kaum muslimin tanpa Anda minta dan tanpa dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan Anda. Dan Anda menginginkan jalan yang telah dilalui Umar bin Khathab. Yang perlu Anda perhatikan dan ingat selalu bahwa Anda tidak hidup pada zaman Umar bin Khathab dan tidak didampingi seperti orang-orang yang mendampingi Umar bin Khathab. Tetapi ketahuilah, bila Anda mempunyai niat untuk berbuat baik dan benar-benar menginginkannya, niscaya Allah akan membantu Anda bersama para pejabat yang mendampingi Anda. Hal itu akan datang di luar perhitungan Anda, sebab pertolongan kepada hamba-Nya didasarkan pada niatnya. Bila berkurang niatnya pada kebaikan, maka akan berkurang pula pertolongan-Nya. A pabila nafsu Anda mengajak kepada sesuatu yang tak diridhai allah, maka ingatlah apa yang dialami oleh para penguasa sebelum Anda.

Maka perhatikanlah betapa rusaknya mata mereka karena hanya digunakan untuk melihat kenikmatan, perut mereka pecah karena terlalu kenyang dengan syahwat. Bayangkanlah seandainya jenazah mereka diletakkan di samping rumah dan tidak dimasukkan ke liang lahat. Tentulah kita akan sengsara karena baunya dan terkena penyakit karena bau busuknya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Kehidupan Salim bin Abdullah bin Umar bin Khathab penuh dengan taqwa, akrab dengan hidayah, menjauhi kesenangan dunia dan godaannya, memperlakukannya sesuai dengan jalan yang diridhai Allah. Beliau makan makanan keras dan mengenakan pakaian dari bahan yang kasar, bergabung dengan pasukan muslimin untuk menghadapi Romawi, dan selalu berusaha membantu menyelesaikan permasalahan kaum muslimin.

Ketika ajal menjemputnya pada tahun 106 H, duka cita menyelimuti kota Madinah. Semua orang datang  untuk mengantar jenazah dan menyaksikan pemakamannya. Termasuk Hisyam bin Abdul Malik yang ketika itu berada di Madinah turun menghadiri pemakaman beliau.

Takjub dengan banyaknya lautan manusia yang mengantar jenazah Salim bin Abdillah, timbul rasa iri di hatinya sehingga dia bergumam, “Nanti akan terbukti berapa banyak manusia yang akan menghadiri pemakaman tatkala khalifah muslimin wafat di negeri mereka.” Kemudian dia berkata, “Kirimkanlah empat ribu pemuda ke perbatasan.” Maka tahun tersebut dikenal dengan tahun empat ribu.
Diadaptasi dari Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya, Shuwaru min Hayati at-Tabi’in, atau Mereka Adalah Para Tabi’in, terj. Abu Umar Abdillah (Pustaka At-Tibyan, 2009), hlm. 318-326.
Sumber : www.alislamu.com ( Pusat Kajian Islam )

Jumat, 28 Januari 2011

Tiga Kunci Sukses Da’wah

‘’Di satu sisi kita mensyukuri, sekarang ini da’wah jauh lebih bebas dibanding masa lalu. Tapi pada saat yang sama, kemaksiatan juga semakin merajalela,’’ tutur Ustadz Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da’wah, dalam pengarahannya pada Pembukaan Rapat Kerja (Raker) LAZIS Dewan Da’wah di Gedung Menara Da’wah, Jum’at (31/12).

Raker LAZIS diikuti seluruh personil lembaga dari pusat dan perwakilan Cabang Jawa Barat serta Lampung. Turut hadir dan menjadi narasumber dalam Raker yang berlangsung hingga 1 Januari 2011 tersebut, Komisi Pengawas LAZIS Dewan Da’wah, M Nazif MBA dan DR Ahmad Sumargono.

Ustadz Syuhada mencontohkan, belasan tahun lalu terpaksa mengadakan taklim di dalam mobil ambulan yang berputar-putar di kota Makassar, demi mengelabui intaian aparat. Kini, bahkan Ustadz Syuhada pernah menyelipkan nasehat kepada Presiden RI dalam sebuah acara audiensi musabaqoh hifdzil Qur’an.

Namun, maraknya da’wah dibarengi dengan kemaksiatan yang luar biasa pula. Misalnya, Indonesia kini menjadi wilayah penularan HIV/AIDS tercepat di Asia. ”Dalam dua tahun terakhir Indonesia masuk dalam area epidemis dengan perkembangan tercepat di Asia,” ujar UNAIDS Country Coordinator, Nancy Fee, saat peluncuran laporan Penularan HIV pada Hubungan Pasangan Intim di Asia di Jakarta, awal April 2010.

Indonesia, Nancy mengungkapkan, juga masuk dalam masa transisi pola penularan HIV/AIDS. Semula melalui penggunaan jarum suntik, kini melalui hubungan seksual.

Menurut Kementerian Kesehatan, per Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 21.770 orang. Itu berasal dari 32 provinsi serta 300 kabupaten dan kota. Padahal, sepuluh tahun silam hanya sekitar 600 orang.

Bahkan menurut penyuluh HIV/AIDS, Dr Ronald Jonathan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia pada 2010 bisa mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.

"Prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," ujar Jonathan dalam seminar "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di Bandarlampung, medio November tahun lalu.

Ketua Umum Dewan Da’wah juga sangat prihatin dengan hasil survey tentang perilaku seks remaja dan anak-anak, yang dilansir BKKBN, KPAI, dan LSM Buah Hati. Hasil penyigian menunjukkan, gempuran pornografi dan pornoaksi beserta dampaknya yang sangat dahsyat sudah merambah sampai anak SD.

Ustadz Syuhada menegaskan, satu-satunya gerakan yang mampu membalikkan keadaan parah tersebut adalah da’wah.

Selanjutnya Ustadz Syuhada mengemukakan tiga kunci sukses da’wah untuk mengubah keadaan minadzulumati ilannuur.

Pertama, faktor da’i. Juru da’wah yang diperlukan adalah da’i dengan iman yang melahirkan keikhlasan, dengan ilmu yang melahirkan amal saleh, dengan akhlak yang melahirkan keteladanan, dan dengan wawasan aktual yang membangkitkan semangat.

‘’Itulah profil da’i yang akan mampu mengubah mad’u menjadi generasi lebih baik. Bukan da’i yang sekadar melahirkan fans atau penggemar, yang gampang bubar bila juru da’wah tak lagi disukai,’’ kata Ustadz Syuhada.

Organisasi da’wah yang well-managed adalah faktor yang kedua. Mengutip wasiat Sayidina Ali bin Abi Thalib, Ustadz Syuhada mengingatkan bahwa kebenaran yang tidak well-managed akan dikalahkan oleh kebathilan yang well-organized.

Selain itu, organisasi da’wah juga tidak boleh kehilangan orientasi akibat terlena godaan duniawi.

Dana, diakui Ustadz Syuhada, merupakan faktor penentu berikutnya keberhasilan da’wah. Namun, beliau mengingatkan, dana da’wah haruslah tetap menjamin kemandirian da’wah, sehingga da’i dan organisasi da’wah tetap memiliki ‘izzah.

’Lebih baik kita menghimpun dana recehan dari pribadi-pribadi jamaah, ketimbang dari penguasa atau pengusaha yang membuat lidah kita kelu dalam mendakwahi mereka,’’ Ustadz Syuhada mengingatkan. (nurbowo) sumber : dewandakwah.com