WTC 11 September, Syiar Akbar Abad 21
Oleh : Kaab As-Sidani
Oleh : Kaab As-Sidani
|
Sungguh sebuah kebesaran Allah telah terjadi di tahun 2001. Ternyata bukan pengajian, bukan musabaqah tilawatil qur’an, ataupun juga bukanlah adzan yang mengantarkan mereka pada hidayah. Bukanlah syiar-syiar “konvensional” tersebut yang membuat ribuan orang masuk Islam. Akan tetapi Allah mengantarkan hidayah kepada mereka dengan sebuah syi’ar raksasa yang terjadi di 11 September 2001, lewat tangan thaifah al-Manshurah. Sebuah cara yang sangat ganjil. Itulah peristiwa WTC 2001.
Menggentarkan Hati dan Menyampaikan Syiar
Sesungguhnya berpetak-petak tanah kaum muslimin saat ini berada di bawah kekuasaan orang kafir asli ataupun orang murtad sekuler. Musuh-musuh Allah tersebut saling bahu membahu menindas kaum yang lemah pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Mengeruk kekayaan alam yang tak ternilai jumlahnya. Banyak orang muslim tidak sadar akan penjajahan ini, bahkan banyak “mantan” umat Islam berbondong-bondong menyembah kapitalisme dan ber-tawally dengan para penjajah. Oleh karena itu wajib hukumnya bagi umat Islam untuk membebaskan tanah-tanah yang terjajah ini.
Syaikh Al-Mujahid Abdullah Azzam menyebutkan dalam Ad-Difa’ An Aradli al-Muslimin Ahamu Furudl al-A’yan : “Para ulama salaf dan khalaf telah bersepakat dan juga para ahli fiqih dan para ahli hadits di setiap abad, bahwasanya bila sejengkal tanah umat Islam di rampas oleh kaum kuffar, maka pada saat itu jihad adalah fardhu ‘ain atas segenap kaum muslimin laki-laki maupun perempuan. Sehingga pada waktu itu seorang anak laki-laki berangkat jihad tanpa harus minta izin kepada orang tuanya dan seorang istri berangkat jihad tanpa harus izin suaminya.”
Ibnu Taimiyah berkata:“Apabila musuh telah masuk menyerang negeri Islam maka tidak diragukan lagi bahwa wajib atas setiap orang Islam yang dekat dengan negeri yang diserang itu dan kemudian yang lebih dekat. Karena seluruh negeri Islam pada hakikatnya adalah satu negara yang tak terpisahkan. Maka oleh sebab itu wajib atas setiap muslim pergi berperang menuju wilayah yang diserang itu dengan tanpa izin orang tua dan tidak pula izin yang lainnya. Dan keterangan-keterangan Imam Ahmad amat terang dalam masalah ini.” (al-Fatawa al-Kubra, 4:608).
WTC 11 September 2001 merupakan upaya dari sebagian kecil dari pejuang Islam untuk memukul kepala ular dan sekaligus menggentarkan hati orang-orang kafir. Sebab menggentarkan hati orang kafir, atau dalam istilah populer disebut dengan teror, merupakan perintah yang termaktub dalam al-Qur’an. Allah memerintahkan kita untuk berlatih dan bersiap agar dapat menggentarkan, meneror, dan menakut-nakuti hati musuh-musuh Islam. Hal ini tercantum dalam ayat berikut : "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka (orang-orang kafir) segenap kekuatan yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat, yang dengannya kalian dapat menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahui tetapi Allah mengetahui mereka." (Al Anfal : 60)
Pedang, tombak atau yang sejenisnya (yang pada hari ini dianalogikan dengan peluru, bom dan ledakan) merupakan salah satu syi’ar Islam yang mana Rasulullah pada akhir zaman ini diutus dengannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda : “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sehingga Allah SWT saja yang disembah dan tidak disekutukan dengan lain-Nya dan rezekiku terletak di bawah tombakku, dan kehinaan itu dijadikan atas orang yang menyelisihi agamaku. Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia itu adalah termasuk golongan kaum itu”( Hadits Hasan. Diriwayatkan dari Ibnu Umar oleh Ahmad, Musnad, 2:50, 92, Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf, 4:212, 6: 471, at-Thabrani, Musnad Syamiyyin, 1:135, al-Baihaqi, Syu’abul Iman, 2:75, dan Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab al-Mushannaf menyebutkan riwayat dari Thawus secara mursal, 4:216, 6:470). Bahkan Syaikh dr. Sayyid Imam asy-Syarif menyebutkan bahwa orang yang membantah bahwa al-Irhab bukan bagian dari Islam, maka dia bisa terjerumus dalam kekufuran karena menyelisihi satu saja dari syariat yang telah ditetapkan.
Memang umat Islam dalam beramal tidak dituntut untuk melihat hasil. Namun serangan WTC 11 September merupakan bukti bahwa hidayah itu dapat timbul dengan berbagai macam cara. Meskipun cara penyampaian Islam yang syar’I ini tidak disetujui oleh mayoritas manusia dan mereka-mereka yang terserang penyakit wahn.
Karomah Bukan Konspirasi
Begitu banyak keanehan yang terjadi dalam peristiwa ini. Selain hasilnya kepada puluhan ribu hati manusia yang kemudian memeluk Islam, kehancuran simbol kapitalisme dunia menuju serpihan-serpihan kecil ini banyak dipertanyakan kejadiannya oleh banyak umat Islam. Lalu muncullah analisa-analisa yang beraneka ragam. Ada yang menyatakan bahwa Amerika dan Israel sendirilah yang telah menghancurkan monumen mereka. Hingga akhirnya mereka meragukan kekuatan mujahidin dan melupakan karomah operasi jihad. Bahkan tidak sedikit yang menyudutkan al-Qoidah dan syaikh Usamah bin Laden, serta menyebut mereka bagian dari konspirasi jahat Yahudi.
Ada pula segerombolan ulama (diantaranya adalah Dr. Yusuf Qordhowi) yang menjustifikasi pengakuan al-Qoidah atas aksi ini untuk menghalalkan penyerbuan Amerika ke Afghanistan “demi” menangkap dan menghabisi Taliban dan al-Qoidah. Fatwa tersebut disebarkan dalam koran dan berbunyi : "...Maka sesungguh-nya kami berpendapat untuk segera memburu para pelaku kejahatan ini dan juga orang-orang yang ikut serta dalam memberikan dukungan moral, mendanai dan memberikan bantuan, kemudian menggiring mereka ke pengadilan yang adil kemudian memberikan hukuman yang sesuai dan membuat mereka serta orang-orang semacam mereka jera, yaitu orang-orang yang menganggap remeh nyawa dan harta orang-orang tidak berdosa, juga orang-orang yang merampas keamanan mereka…”( Asy Syarqul Ausath 8/10/2001).
Dukungan perburuan para mujahidin dari gerombolan ulama ini semakin menambah keraguan bagi sebagian umat Islam untuk membela mujahidin. Hal ini juga semakin menguatkan dan menyebarkan secara luas teori-teori konspirasi yang meremehkan serta menyudutkan mujahidin al-Qoidah. Mereka-mereka yang belum pernah berjihad pun saling berkoar-koar mengeluarkan pendapatnya dan bersikap sok tahu. Padahal dalam Dr. Abdullah Azzam pernah menukilkan fatwa dari Ibnu Taimiyyah bahwa tidak boleh menerima fatwa tentang jihad dari seseorang yang qoidun (duduk-duduk saja).
Berikut fatwa tersebut : Ibnu Taimiyah berpendapat bahwasanya tidak boleh dimintai fatwa dalam masalah jihad kecuali para ulama' yang berada di bumi jihad .. tidak boleh dimintai fatwa dalam masalah jihad kecuali para ulama' yang memahami kondisi jihad dan berada dalam medan jihad. Ibnu Taimiyah berkata: "Seharusnya yang diterima pendapatnya dalam perkara-perkara jihad adalah pendapat orang yang memiliki agama yang lurus, yang memiliki pemahaman mengenai kondisi ahli dunia, bukan orang yang hanya memahami teori-teori agama."Ibnu Taimiyah mengharuskan kita untuk mengambil fatwa dalam masalah jihad dari orang yang memenuhi dua syarat:
- Pertama: hendaknya ia terjun dalam peperangan dan mengerti apa-apa yang dibutuhkan dalam peperangan, memahami kondisi ahli dunia.
- Kedua: hendaknya dia adalah termasuk ulama' yang terkenal, artinya dia adalah orang yang memiliki agama yang lurus." (an-Nihayah wal Khulashah)
Allah berfirman : "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allahlah yang melempar (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-A’raaf : 17)
Karomah yang diberikan kepada mujahidin yang melakukan operasi 11 September sebenarnya tidak berhenti begitu saja di tanggal tersebut. Syaikh Omar Bakri Muhammad menyebutkan beberapa parameter keberhasilan operasi tersebut jika ditinjau dari sudut-sudut yang lain :
- Imej tentang Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
- Kondisi ekonomi Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
- Kebijakan keamanan Amerika sebelum 911 tidak sama dengan setelah 911
- Harga minyak dan nilai tukar dollar berbeda sebelum 911 dengan setelah 911
- Kaum muslimin sebelum 911 berbeda dengan setelah 911
- Para ulama yang haq sebelum 911 berbeda dengan setelah 911
- Sekelompok kecil mengalahkan sekelompok besar
- Semua perhitungan dan pertahanan mereka gagal karena Allah mengirim orang-orang dengan suatu cara yang tidak mereka sangka-sangka
- Kita tidak membunuh, tetapi Allah yang membunuh
- Akan ada orang yang mengorbankan dirinya hanya semata-mata karena Allah
- Allah memberikan kemengangan dengan cara mencampakkan ketakutan dalam hati musuh
- Bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mendatangkan kemudharatan kecuali apa yang Allah tetapkan
Masihkah kita ragu dengan karomah dan tanda-tanda kekuasaan yang diberikan oleh Allah ? Atau jangan-jangan keyakinan menggentarkan musuh-musuh Allah belum tertanam di hati kita ? Na’udzu billah min syarri dzalik. [sksd]
“Mereka yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah akan mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka.”
[QS. Al-Hasyr : 2]
dikutip/sumber dari :www.muslimdaily.net